LAWATAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KE LUAR NEGERI

Oleh: Dr. Dasim Budimansyah, M.Si.

Pengantar

Melawat ke luar negeri, bagi mahasiswa Indonesia merupakan kegiatan yang sangat penting walaupun ada risiko dari segi finansial. Dari sejumlah manfaat yang didapat adalah diperolehnya pengalaman yang memberikan inspirasi (inspiring) bagi pengembangan pribadi maupun kemampuan akademik. Rombongan beranggotakan 33 orang termasuk 3 orang dosen pembimbing, yakni Dr. Dasim Budimansyah, Dr. Endang Danial, dan Professor Dr. Ranidar Darwis. Dalam rombongan turut juga seorang dosen senior Jurusan PKn FPIPS UPI, yakni Dra. Komala Nurmalina, M.Pd dan 11 orang mahasiswa Program Magister Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Lawatan dilakukan sejak tanggal 11 sampai dengan 16 Mei 2008. Negara tujuan lawatan adalah Singapura dan Malaysia.

Perjalanan darat, laut, dan udara

Perjalanan dimulai dari kampus Bumi Siliwangi pada tanggal 11 Mei 2008. Peserta sudah berkumpul sejak Pk. 03.00 dini hari. Satu jam kemudian rombongan berangkat dengan menggunakan Bus Pariwisata (Jeckel Holiday) menuju Bandar Udara Internasional Sukarno-Hatta Jakarta. Di perjalanan, selepas pintu Tol Padalarang Barat, bus mendadak berhenti. Berdasarkan keterangan sopir kopling bus blong. Sopir sempat mengontak perusahaannya untuk mengirim bus pengganti. Saya mulai cemas, karena khawatir terlambat masuk bandara. Alhasil tertinggal penerbangan. Apalagi tiket yang kami miliki adalah tiket “promo” yang tidak dapat di-“kensel”, karena harganya lebih murah. Namun tidak selang beberapa lama sopir berhasil mendiagnosis masalah bus itu, bus ternyata masuk angin. Setelah dilakukan proses pengeluaran angin itu, kopling bus kembali normal dan kami dapat melanjutkan perjalanan. Sekitar Pk.05.00 kami berhenti sejenak di “rest area” untuk melaksanakan shalat subuh. Setengah jam beristirahat bus melaju kembali dan kami menikmati sarapan nasi kebuli hangat di atas bus.

Pk.08.00 kami sudah tiba di bandara. Proses check-inn berjalan lancar dan pesawat yang kami tumpangi (Mandala Air) menuju Batam take-off on time Pk.09.30 dan mendarat di Bandar Udara International Hang Nadim Batam Pk. 10.45 WIB. Di bandara sudah menanti Mba Melly dari Jaksan Travel yang mengurus perjalanan kami selanjutnya. Setelah mengurus bagasi dengan menggunakan bus rombongan menuju Batu Besar untuk makan siang. Batu Besar adalah satu kawasan pantai tidak jauh dari Bandara Hang Nadim yang banyak memiliki restaurant sea food di atas laut. Kami makan siang dengan menu khas Batam, yakni sea food. Anggota rombongan sangat menikmati santap siang itu. Sekitar Pk.13.30 kami kembali ke bandara untuk menjemput anggota rombongan dari UNJ. Pesawat mereka (Batavia Air) dikensel keberangkatannya, sedianya terbang Pk.09.50 menjadi Pk.11.50. Sekitar Pk.14.30 rombongan sudah lengkap dan langsung menuju Batam Center (pelabuhan Ferry) ke Singapura. Setelah selesai pengurusan dokumen keimigrasian, tepat Pk.15.30 WIB Ferry yang membawa rombongan melaju menuju Singapura.

Singapura negeri “super protective”

Perjalanan Ferry dari Batam Center menuju Singapura hanya ditempuh sekitar satu jam. Pk 17.30 Kapal Ferry Batam Fast yang membawa rombongan sudah merapat di Harbour Front, yakni pelabuhan utama untuk masuk Singapura dari kawasan Kepulauan Riau. Dengan membawa serta bagasi masing-masing seluruh anggota rombongan turun dari Ferry dan mengantri memasuki pemeriksaan keimigrasian. Pemeriksaan oleh para petugas imigrasi Singapura sangat ketat, utamanya bagi orang yang pertama kali berkunjung dan orang-orang yang memiliki nama sama atau mirip dengan orang-orang yang dikategorikan “pengganas” (teroris). Misalnya beberapa saat setelah gembong teroris Singapura yang bernama Slamet Kastari kabur dari penjara, setiap orang yang bernama Slamet atau Kastari akan diinterogasi macam-macam. Demikian pula bagi orang-orang yang mereka curigai, misalnya ada identitas diri dalam paspor yang meragukan atau pada saat ditanya menjawab tidak meyakinkan, akan ditahan untuk klarifikasi. Hal itu menimpa juga rombongan kami. Dua orang anggota rombongan dari UNJ pada saat ditanya mau apa di Singapura mereka menjawab mau seminar. Petugas imigrasi lalu bertanya lagi seminar tentang apa? Di mana? Mana surat jemputannya? Teman kita itu mati kutu tidak dapat menjawab. Mungkin dia tidak tahu atau lupa sebab semenjak dalam perjanan dari Bandara Hang Nadim ke Batam Center, guide sudah wanti-wanti jika ditanya petugas imigrasi mau apa di Singapura harus dijawab mau liburan (holiday). Singapura negeri kecil, mereka sangat fobia oleh huru-hara. Jadi orang yang dating ke Negara Singa itu harus benar-benar “save” bagi kehidupan di sana. Liburan adalah kegiatan yang “save” disamping mendatangkan devisa bagi Negara.

Karena kejadian itu rombongan tertahan hampir satu jam lamanya. Berkat bantuan Encik Abdul Halim bin Kader, Presiden Taman bacaan Singapura, petugas imigrasi dapat diyakinkan bahwa yang bersangkutan benar-benar tamu yang dijemput (diundang) Taman Bacaan Singapura. Encik Abdul Halim bin Kader adalah seorang tokoh Melayu Singapura yang sangat dihormati. Semua pejabat di negeri Singa itu menghormatinya, sehingga hanya dengan ditelpon petugas imigrasi melepaskan sanderanya itu. Alhamdulillah, akhirnya teman kita itu tidak jadi dideportasi. Pelajaran pertama di Singapura adalah bahwa negeri itu “super protective” dalam upaya menjaga keselamatan negara dan bangsannya. Singapura negara kecil, sehingga apabila terjadi huru hara, bias berdampak luas ke seluruh wilayah negara.